LEGENDA ASAL MUASAL GUNUNG BATU ANJING: ANALISIS STRUKTUR, KONTEKS
PENUTURAN, FUNGSI, DAN MAKNA*
Agus
Wijiyanto dan Asep Mulyana
Universitas
Pendidikan Indonesia
agus.wijiyanto@student.upi.edu
ABSTRAK
Indonesia sebagai salah satu
negara kepulauan memang kaya dengan sastra lisan, salah satunya yaitu legenda. Saat
ini eksistensi legenda semakin menurun akibat tergerus zaman, meski begitu
masih ada sekelompok masyarakat yang masih menggemari legenda sebagai alat
hiburan yang menggambarkan citraan kebudayaan. Pengaruh legenda yang masih
cukup besar bagi sebagian masyarakat menghantarkan sastra lisan ini sebagai
salah satu peninggalan nenek moyang yang harus dilestarikan. Menurut Danandjaja
(2007:66) legenda adalah cerita prosa rakyat, yang dianggap oleh yang empunya
cerita sebagai suatu kejadian yang sungguh-sungguh pernah terjadi. Merujuk pada
pengaruh dan fungsi legenda terhadap masyarakat, maka di dalam penelitian ini
akan dideskripsikan mengenai (1) struktur, (2) konteks penuturan, (3) fungsi, (4)
makna dan (5) pengaruh dari legenda Asal
Muasal Gunung Batu Anjing.
Kata kunci: legenda, struktur,
konteks penuturan, fungsi, dan makna
Pendahuluan
Folklor adalah kebudayaan suatu kolektif, yang tersebar dan diwariskan
turun temurun, di antara kolektif macam apa saja, secara tradisional dalam
versi yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan
gerak isyarat atau alat bantu pengingat (Danandjaja, 2007:2). Salah satu dari
pelbagai macam bentuk atau genre folklor adalah cerita prosa rakyat. Menurut
William R. Bascom dalam (Danandjaja, 2007:50), cerita prosa rakyat terbagi
menjadi tiga golongan besar, yaitu: mite, legenda, dan dongeng.
Legenda yang akan dianalisis yaitu sebuah legenda yang berjudul Asal Muasal Gunung Batu Anjing yang
berada di Desa Langonsari, Kecamatan Pameungpeuk, Kabupaten Bandung. Legenda
adalah salah satu dari cerita prosa rakyat yang terjadi pada zaman dahulu yang ada kaitannya dengan peristiwa sejarah. Adapun
cakupan dari pembahasan penelitian ini akan memaparkan tentang: (1) struktur,
(2) konteks penuturan, (3) fungsi, (4) makna dan (5) pengaruh dari legenda Asal Muasal Gunung Batu Anjing yang
terdapat di Desa Langonsari Kecamatan Pameungpeuk Kabupaten Bandung.
Pembahasan
Analisis Struktur Legenda Asal Muasal Gunung Batu Anjing
Sebelum menganalisis struktur dari legenda Asal Muasal Gunung Batu Anjing, langkah pertama yang dilakukan oleh
peneliti adalah menerjemahkan teks terlebih dahulu. Bahasa yang digunakan pada
teks legenda yang asli yaitu bahasa Sunda ragam loma yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Berikut di bawah
ini sinopsis dari legenda Asal Muasal
Gunung Batu Anjing.
Zaman
dahulu kala berdiri sebuah kerajaan yang aman dan tenteram, kerajaan tersebut
bernama kerajaan Pangelingan. Kerajaan yang dipimpin oleh Darmaraja memang
terkenal sebagai kerajaan yang makmur, karena sang raja selalu mengingatkan
pada rakyatnya supaya taat dan patuh pada tradisi masyarakat pada saat itu.
Kesetiaan Darmaraja pada istrinya menjadikan ia hanya memiliki seorang istri yang
bernama Raden Ayu Citraresmi. Suatu hari raja terlihat murung, ternyata ia
memiliki perjanjiaan dengan Hyang Dewa yaitu meminta agar kerajaannya tenteram
dan makmur, sebagai balasannya raja tidak akan buru lagi. Dalam pikiran raja
saat itu ia sangat menginginkan sekali berburu, sehingga ia memutuskan pergi
berburu dan menerima segala konsekuensinya. Pada saat berburu, sang Hyang Dewa
marah dan mengutuk raja, raja diangkat ke langit untuk diadili sedangkan anjing
yang ikut bersamanya berubah menjadi batu termasuk peralatan lain yang ia bawa
berburu.
Analisis Alur Legenda Asal
Muasal Gunung Batu Anjing
Dalam menganalisis struktur legenda Asal Muasal Gunung Batu Anjing ini terdapat beberapa fungsi utama
yang dapat menjelaskan atau menggambarkan alur atau rangkaian peristiwa pada
cerita ini. Berikut di bawah ini akan dipaparkan mengenai fungsi-fungsi utama
dan hubungan kausalnya antara fungsi yang satu dengan fungsi yang lainnya.
1.
Kerajaan Pangelingan yang dipimpin oleh seorang raja
bernama Darmaraja.
2.
Kenyataan: Darmaraja berkeinginan untuk memiliki kerajaan
yang tenteram, aman, dan makmur.
3.
Tindakan Darmaraja membuat perjanjian dengan Hyang Dewa.
4.
Tindakan Hyang Dewa melarang Darmaraja untuk berburu.
5. Kondisi Darmaraja yang memikirkan janjinya pada Hyang
Dewa, namun di sisi lain Darmaraja berkeinginan untuk berburu landak dan makan
di Gunung Karikil.
6.
Tindakan istri Darmaraja untuk mengingatkan suaminya agar
tidak melanggar janjinya.
7. Tindakan Darmaraja yang tidak menghiraukan nasihat
istrinya untuk tidak melanggar janji dengan melakukan perburuan di Gunung
Karikil.
8.
Tindakan Darmaraja melakukan perburuan di Gunung Karikil.
9.
Kenyataan: landak yang ingin diburu tak ada yang muncul
satu pun.
10. Tindakan Darmaraja menembak pistol sebagai bentuk
kekesalan karena tidak ada landak yang muncul kemudian membuangnya.
11.
Tindakan Darmaraja melanjutkan perjalanan perburuannya.
12.
Kenyataan: keluar seekor landak betina.
13.
Tindakan Darmaraja menangkap seekor landak betina.
14.
Tindakan Hyang Dewa mengutuk Darmaraja karena telah
melanggar janjinya.
15.
Kenyataan: muncul cahaya panas serta suara yang
menggelegar dari langit.
16.
Kenyataan: Darmaraja diangkat ke langit.
17.
Kenyataan: anjing milik Darmaraja berubah wujud menjadi
batu.
Secara
keseluruhan dapat disimpulkan bahwa hasil analisis alur legenda Asal Muasal Gunung Batu Anjing memiliki
17 fungsi utama. Alur pada legenda ini, mulanya digerakkan oleh keinginan raja
yang ingin memiliki kerajaan yang tenteram, aman, dan makmur sehingga sang raja
membuat perjanjian dengan Hyang Dewa. Namun, sang raja mengingkari janjinya dan
akhirnya sang raja diangkat ke langit oleh Dewa dan anjing miliknya berubah
wujud menjadi batu.
Analisis
Tokoh Legenda Asal Muasal Gunung Batu
Anjing
Tokoh yang terdapat di legenda Asal Muasal Gunung Batu Anjing ada empat tokoh. Dalam penelitian
cerita ini peneliti akan mencoba menganalisis tokoh berdasarkan fisik, psikis,
hubungan seorang tokoh dengan tokoh lain, dan hubungan tokoh dengan unsur lain.
Di dalam cerita ini, Raja Darmaraja menjadi tokoh utama
sedangkan istri Darmaraja yaitu Raden Ayu Citraresmi, Hyang Dewa dan Anjing
milik Darmaraja sebagai tokoh bawahan. Di bawah ini akan dipaparkan secara
rinci mengenai analisis tokoh yang terdapat di dalam cerita ini sebagai
berikut.
Pertama, Darmaraja. Secara fisik tokoh
Raja Darmaraja dalam cerita ini sama sekali tidak disinggung. Darmaraja dalam
cerita ini digambarkan sebagai sosok yang penyayang kepada istri dan
rakyat-rakyatnya. Selain itu, Darmaraja di cerita ini pula digambarkan sosok
yang mengingkari janji. Terbukti dari ulah sang raja yang nekat memburu hewan
di Gunung Karikil meskipun dia tahu dia sudah berjanji pada Dewa untuk berhenti
memburu hewan jika ingin kerajaannya tenteram. Hubungan tokoh Darmaraja
digambarkan memiliki hubungan dengan tokoh lain, yaitu dengan tokoh Dewa, tokoh
Raden Ayu Citraresmi dan tokoh Anjing yang ada di dalam cerita ini.
Kedua, Raden Ayu Citraresmi. Tokoh
Raden Ayu Citraresmi dalam cerita ini digambarkan sebagai sosok yang cantik
luar biasa dan memiliki gaya bicara yang patut dicontoh oleh rakyatnya. Tokoh
Raden Ayu Citraresmi digambarkan dalam cerita ini sebagai sosok yang penyayang
kepada suaminya. Terbukti dari sikap Raden Ayu Citraresmi yang berusaha
mencegah keinginan Darmaraja ketika Darmaraja nekat ingin mengingkari janjinya
kepada Dewa. Hubungan tokoh Raden Ayu Citraresmi digambarkan memiliki hubungan
dengan tokoh Darmaraja. Tergambar jelas hubungan yang erat antara tokoh
tersebut yaitu sebagai suami istri.
Ketiga, Hyang Dewa. Tokoh Hyang Dewa
dalam cerita ini tidak digambarkan secara fisik. Dalam cerita ini Dewa
digambarkan sebagai sosok penyimpan janji Darmaraja dan dia tiba-tiba menjadi
murka karena ulah Darmaraja yang telah melanggar janjinya. Hubungan tokoh Hyang
Dewa digambarkan memiliki hubungan dengan tokoh Darmaraja. Tergambar dari
hubungan tokoh tersebut yang telah menyepakati sebuah perjanjian.
Keempat, Anjing milik Darmaraja. Di
dalam dongeng ini, sosok anjing milik sang raja ini tidak digambarkan secara
rinci. Sosok anjing ini hanya muncul ketika Darmaraja menangkap seekor landak
betina. Akhirnya sosok anjing ini dikutuk menjadi batu karena ulah sang raja
yang telah mengingkari janjinya kepada Dewa.
Analisis
Latar Legenda Asal Muasal Gunung Batu
Anjing
Secara keseluruhan dapat
disimpulkan bahwa hasil analisis latar yang ada di dalam legenda Asal Muasal Gunung Batu Anjing ini
terdapat beberapa latar tempat. Beberapa latar tempat tersebut yaitu, letak
Gunung Batu Anjing yang berada di Karikil, Desa Langonsari, Kecamatan
Pameungpeuk, Kabupaten Bandung, lalu sebuah kerajaan yang bernama Kerajaan
Pangelingan, dan terakhir Gunung Karikil.Beberapa latar tempat tersebut dapat
disimpulkan peneliti bahwa kemungkinan latar tempat cerita ini terjadi di
daerah Karikil, Desa Langonsari, Kecamatan Pameungpeuk, Kabupaten Bandung.
Sedangkan latar waktu dalam legenda ini tidak disinggung, jadi kemungkinan
cerita tersebut terjadi pada zaman dahulu kala yang entah itu kapan terjadinya.
Analisis Konteks Penuturan Legenda Asal Muasal Gunung Batu Anjing
Penuturan
legenda ini tidak dijelaskan pada konbteks yang khusus karena legenda ini bisa
di tuturkan kapan saja dan di mana saja seperti di sekolah, di rumah dan di
lingkungan masyarakat. Tujuan dari penuturan legenda ini yaitu bertujuan
sebagai alat hiburan masyarakat baik sebagai dongeng pengantar tidur atau sebagai
cerita yang memperkenalkan asal mula Gunung Batu Anjing. Media yang mendukung
untuk penuturan dongeng ini adalah teks dongeng yang sudah ada. Sedangkan
teknik penuturan yang dipakai oleh penutur ketika menuturkan dongeng ini yaitu
dengan cara monolog.
Lokasi
penuturan dongeng ini berada di rumah penutur bernama Pak Wahyudin, S.Pd. yang
beralamat di Kampung Cibiuk RT. 02/13 Desa Langonsari Kecamatan Pameungpeuk,
Kabupaten Bandung. Kehidupan masyarakat di daerah tersebut masih kental akan
rasa kekeluargaan serta masyarakat di sana tidak individual. Mayoritas kondisi
sosial ekonomi di daerah tersebut adalah kalangan menengah ke bawah.
Analisis Fungsi Legenda Asal Muasal Gunung Batu Anjing
Cerita rakyat ini seperti halnya dengan tradisi-tradisi lain yang ada di
Indonesia memiliki pelbagai fungsi dan peranan penting dalam kehidupan manusia.
Fungsi yang pertama adalah sebagai alat pendidikan (Hutomo, 1991:70). Hal
tersebut bisa tergambar dari isi legenda tersebut yang memberikan pesan moral
yang berlaku di masyarakat, yaitu mengajarkan kepada kita agar kita tidak
mengingkari janji. Fungsi ini dapat didukung dengan kutipan legenda di bawah
ini.
“Upami urang
gaduh jangji lajeng eta jangji dilanggar pasti aya mamalana jeung akibatna.”
Fungsi yang kedua adalah sebagai pengesahan kebudayaan (Hutomo, 1991:61).
Fungsi ini dapat digambarkan di dalam legenda tersebut yang seolah-olah memaksa
masyarakat untuk selalu patuh dan taat pada tradisi masyarakatnya. Selain itu,
legenda ini juga memberi pesan kepada kita agar senantiasa bisa menjaga alam.
Fungsi ini dapat didukung dengan kutipan legenda di bawah ini.
“Kanjeng
raja salawasna mepelingan ka rahayatna sangkan taat tur patuh kana tradisi
masrakatna dina waktu harita.”
“Nu dimaksud
ku kanjeng raja, manusa salawasna ngahiji jeung alam sabudeurenana pikeun
ngajaga lingkungan.”
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa legenda Asal Muasal Gunung Batu Anjing memiliki fungsi dan peranan penting
dalam kehidupan manusia. Fungsi tersebut adalah fungsi sebagai alat pendidikan
dan fungsi sebagai pengesahan kebudayaan.
Analisis Makna Legenda Asal Muasal Gunung Batu Anjing
Secara
keseluruhan makna yang terkandung dalam legenda Asal Muasal Gunung Batu Anjing adalah memberikan pesan kepada kita
agar kita tidak mengingkari janji. Seperti pada kutipan “Upami urang gaduh jangji lajeng eta jangji dilanggar pasti aya mamalana
jeung akibatna.”
Pengaruh dari Legenda Asal
Muasal Gunung Batu Anjing
Kepercayaan masyarakat yang masih tetap mengganggap bahwa Gunung Batu Anjing
memiliki kekuatan magis, menghantarkan peneliti pada sebuah kesimpulan bahwa
cerita legenda masih memiki pengaruh yang cukup besar. Gunung Batu Anjing yang
dipercaya mengandung kekuatan magis bisa mengabulkan permintaan orang-orang
yang menjadikan tempat tersebut sebagai tempat pesugihan. Menurut informan
banyak ditemukannya sesajen di sekitar Batu Anjing menunjukan bahwa tempat
tersebut dijadikan tempat pesugihan bagi orang-orang yang ingin cepat kaya.
Simpulan
Berdasarkan hasil kajian mengenai legenda Asal Muasal Gunung Batu Anjing, dapat terungkap
bahwa legenda tersebut dapat
dianalisis menjadi beberapa bagian, yaitu
(1) struktur, (2) konteks penuturan, (3) fungsi, (4) makna,
dan (5) pengaruh dari legenda Asal Muasal
Gunung Batu Anjing yang terdapat di Desa Langonsari Kecamatan Pameungpeuk
Kabupaten Bandung. Fungsi legenda ini dapat digolongkan menjadi dua fungsi,
yaitu: (1) fungsi pendidikan dan (2) fungsi kebudayaan. Makna yang ditemukan
dalam legenda Asal Muasal Gunung Batu
Anjing yaitu memberikan pesan kepada kita agar kita tidak mengingkari
janji.
Rujukan Pustaka
Abidin,
Yunus. dkk. (2010). Kemampuan Berbahasa
Indonesia di Perguruan Tinggi. Bandung: CV Maulana Media Grafika.
Danandjaja,
James. (2007). Folklore Indonesia: Ilmu
Gosip, Dongeng, dan lain-lain. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.
Durachman,
Memen. (2008). “METASASTRA” dalam Jurnal
Penelitian Sastra. Bandung: Balai Bahasa Bandung.
Fadillah,
Ilmi. (2010). Dongeng Ceuli Raja Gede:
Analisis Struktur, Proses Penciptaan, Konteks Penuturan, Makna dan Fungsi.
Makalah Folklor. Bandung.
Hutomo,
Suripan Hadi. (1991). Mutiara yang
Terlupakan. Surabaya: HISKI.
Koentjaraningrat. (2005). Pengantar Antropologi I. Jakarta: PT.
Rineka Cipta.
Kamus
Bahasa Indonesia Luar Jaringan versi 1.3.
Megasari,
Jayanti. (2011). Tembang Saméméh Bobo “Ayun
Ambing”: Analisis Struktur, Proses Penciptaan, Konteks Penuturan, Fungsi dan
Makna. Makalah Folklor. Bandung.
*disajikan di Seminar Internasional Sastra Bandung 2013 pada 11-12 Juni 2013, Hotel Majesty, Bandung.
Komentar
Posting Komentar