STRATEGI TINDAK TUTUR WACANA
HUMOR PADA ACARA YUK KEEP SMILE (YKS)
TRANS TV: SEBUAH KAJIAN PRAGMATIK*
Agus Wijiyanto
Universitas
Pendidikan Indonesia
agus.wijiyanto@student.upi.edu
ABSTRAK
Penelitian yang berjudul
“Strategi Tindak Tutur Wacana Humor pada Acara Yuk Keep Smile (YKS) Trans Tv: Sebuah Kajian Pragmatik” akan
mengungkap strategi berbahasa yang digunakan untuk menghasilkan kelucuan.
Wacana humor pada acara YKS Trans Tv merupakan wacana verbal yang menggunakan
strategi tindak tutur atau menuturkan suatu tuturan yang menimbulkan efek lucu.
Adapun fokus kajian dalam penelitian ini adalah jenis tindak tutur, pelanggaran
dan pematuhan prinsip kerja sama, pelanggaran dan pematuhan prinsip kesantunan,
serta implikatur wacana humor pada acara YKS Trans Tv dengan menggunakan teori
pragmatik. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif kualitatif. Adapun tahap pengumpulan data dilakukan dengan mengunduh
beberapa episode acara YKS Trans Tv di Youtube. Setelah diunduh, data-data
tersebut dianalisis sesuai dengan rumusan masalah. Ada empat rumusan masalah
yang akan dikaji dalam penelitian ini: (1) jenis tindak tutur apa saja yang
digunakan pada wacana humor dalam acara YKS Trans Tv; (2) bagaimana wujud
pelanggaran dan pematuhan prinsip kerja sama pada wacana humor dalam acara YKS
Trans Tv, (3) bagaimana wujud pelanggaran dan pematuhan prinsip kesantunan pada
wacana humor dalam acara YKS Trans Tv, dan (4) bagaimana implikatur percakapan
yang terjadi dalam acara YKS Trans Tv.
Kata kunci: YKS Trans Tv, tindak tutur, prinsip kerja sama, prinsip kesantunan, dan
implikatur
PENDAHULUAN
Bahasa kerap dipakai manusia
sebagai alat berkomunikasi atau alat penyampai ide, pikiran maupun gagasan.
Oleh karena itu, dengan bahasa manusia mampu bersosialisasi dengan lingkungan
sekitarnya. Bahasa menjadi salah satu ciri yang sangat khas dari manusia.
Tentunya bahasa pun sangat tidak bisa dilepaskan dari kehidupan manusia.
Sehingga, dapat disimpulkan bahasa merupakan bagian terpenting dalam kehidupan
manusia dari proses komunikasi manusia.
Seiiring dengan berkembangnya
zaman, saat ini bahasa mengalami perluasan fungsi. Perluasan fungsi bahasa ini
terjadi atas kreativitas manusia dalam menciptakan variasi pembentuknya
berdasarkan penggunaan bahasa itu sendiri dalam masyarakat sesuai dengan
kesepakatan (Gubuk Humor, 2009).
Salah satu dari variasi bahasa adalah wacana humor. Humor sebagai variasi
bahasa juga memiliki fungsi.
Dalam humor, dibutuhkan
kecerdasan kedua bilah pihak antara penutur dan mitra tutur (Rastrinadya,
2011:1). Dalam hal ini, penutur harus bisa menempatkan humornya pada saat yang
tepat, sebab bila humornya ditempatkan pada saat yang tidak tepat, bisa saja
humornya tidak lucu bahkan dapat menyakiti mitra tutur atau pihak lain. Selain
itu, mitra tutur pun harus bersikap dewasa dalam menanggapai humor yang
diarahkan oleh penutur, karena semata-sama humor tersebut hanya berfungsi
sebagai lelucon semata.
Dalam konteks kekinian, banyak
acara di televisi yang menghadirkan acara humor guna menghibur penontonnya. Di
sisi lain, acara-acara televisi yang bertema humor pun ternyata sangat digemari
oleh masyarakat. Dulu mungkin kita mengenal acara Extravaganza, Tawa Sutra,
Awas Ada Sule, dan lain-lain, sedangkan saat ini, kita juga mungkin mengenal
acara Opera Van Java, Pesbukers, Campur-campur, Sketsa, dan Yuk Keep Smile (YKS). Acara-acara yang
disebutkan di atas merupakan acara yang termasuk banyak terdapat kelucuan yang
dapat mengundang tawa bagi penontonnya.
Penelitian mengenai wacana humor
ternyata sudah banyak dilakukan, tetapi peneliti belum menemukan objek yang
sama. Astuti (2010) mengkaji implikatur percakapan wacana humor pada acara
komedi Awas Ada Sule. Adapun Rastrinadya (2011) melakukan penelitian tentang
strategi tindak tutur wacana humor dalam acara Bukan Empat Mata. Selain itu,
Patoni (2013) mengkaji strategi wacana humor pada acara Sketsa Trans Tv.
Berdasarkan uraian sebelumnya dan penelitian-penelitian tersebut, peneliti
merasa tertarik untuk menelaah strategi wacana humor dengan objek yang berbeda
yaitu acara Yuk Keep Smile (YKS)
Trans Tv dengan menggunakan teori pragmatik.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode
deskriptif kualitatif. Metode ini merupakan metode
penelitian yang menggunakan pendekatan postpositivis
atau menempatkan objek yang diteliti sebagai sesuatu yang dinamis dan bersifat
subjektif. Dengan menggunakan metode ini, maka penelitian ini pun akan
dideskripsikan atau digambarkan sesuai dengan kondisi di lapangan.
Sumber
data penelitian ini adalah episode acara Yuk Keep Smile (YKS) Trans Tv yang diperoleh
dari laman www.youtube.com. Data yang dianalisis dalam penelitian ini hanya
data humor bahasa, sedangkan data humor nonbahasa tidak dianalisis. Adapun
teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode simak dan catat. Episode acara
YKS Trans Tv
disimak, selanjutnya tuturan yang berefek humor beserta konteks yang
mengiringnya dideskripsikan. Setelah itu, data tuturan dan konteks tersebut
dianalisis berdasarkan jenis tindak tutur, prinsip kerja sama, prinsip
kesantunan, dan implikatur. Setelah dianalisis, hasil analisis pun disimpulkan.
KERANGKA TEORI
Penelitian ini bukan menggunakan
pendekatan atau mazhab struktural, melainkan menggunakan mazhab fungsional.
Jadi, data bahasa tidak diperlakukan hanya sebagai satuan linguistik semata,
tetapi diperlakukan sebagai sebuah fenomena atau fungsi dari data bahasa itu
sendiri. Oleh karena itu, kajian strategi tindak tutur wacana humor pada acara
Yuk
Keep Smile (YKS)
Trans Tv akan dianalisis melalui teori pragmatik.
Ada beberapa pendapat mengenai
definisi pragmatik. Levinson (dalam Rahardi, 2005: 48) mendefininikan pragmatik
sebagai studi bahasa yang mempelajari relasi bahasa dengan konteksnya. Konteks
yang dimaksud tergramatisasi dan terkodifikasi sehingga tidak dapat dilepaskan
dari struktur bahasanya. Parker (dalam Rahardi, 2005: 48) dalam bukunya Linguistics for Non-Linguistics
menyatakan bahwa pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur
bahasa secara eksternal.
Dari batasan-batasan di atas,
dapat disimpulkan bahwa menurutnya, pragmatik adalah ilmu bahasa yang
mempelajari kondisi penggunaan bahasa manusia yang pada dasarnya sangat
ditentukan oleh konteks yang mewadahi dan melatarbelakangi bahasa itu (Rahardi,
2005: 49). Adapun komponen pragmatik adalah penutur, tuturan, mitra tutur, dan
konteks. Selain itu, berikut di bawah ini beberapa landasan teoretis yang
melandasi penelitian ini.
1. Tindak Tutur
Tindak tutur (istilah
Kridalaksana ‘pertuturan’/speech act, speech event): pengujaran kalimat untuk
menyatakan agar suatu maksud dari pembicara diketahui pendengar (Kridalaksana,
1984: 154) dalam (Suwanto, 2009).
Austin (1962) dalam (Suwanto,
2009) mengemukakan dalam bukunya How to do Things with Words bahwa
mengujarkan sebuah kalimat tertentu dapat dipandang sebagai melakukan tindakan
(act), di samping memang mengucapkan kalimat tersebut. Ia membedakan
tiga jenis tindakan yang berkaitan dengan ujaran atau daya tuturan, yaitu
lokusi, ilokusi, dan perlokusi.
Berdasarkan jenisnya, tindak
tutur terbagi menjadi empat jenis yaitu, tindak tutur literal, tindak tutur
nonliteral, tindak tutur langsung, dan tindak tutur tidak langsung.
2. Prinsip Kerja Sama
Dalam berkomunikasi, penutur dan
mitra tutur hendaknya harus saling menjaga prinsip kerja sama agar komunikasi dapat
berjalan dengan lancar. Agar pesan dapat sampai dengan baik pada peserta tutur,
komunikasi yang terjadi itu perlu mempertimbangkan prinsip-prinsip berikut ini:
(1) prinsip kejelasan (clarity), (2)
prinsip kepadatan (conciseness), dan
(3) prinsip kelangsungan (directness)
(Rahardi, 2005:52). Dalam hal ini, Grice (1975) mengklasifikasikan prinsip
kerja sama menjadi empat maksim. Keempat maksim tersebut akan dijabarkan
sebagai berikut.
Pertama, maksim kuantitas. Di dalam
maksim kuantitas, seorang penutur diharapkan dapat memberikan informasi yang
cukup, relatif memadai, dan seinformatif mungkin (Rahardi, 2005:53). Kedua, maksim kualitas. Dengan maksim
kualitas, seorang peserta tutur diharapkan dapat menyampaikan sesuatu yang
nyata dan sesuai fakta sebenarnya di dalam bertutur (Rahardi, 2005:55). Ketiga, maksim relevansi. Di dalam
maksim relevansi, dinyatakan bahwa agar terjalin kerja sama yang baik antara
penutur dan mitra tutur, masing-masing hendaknya dapat memberikan kontribusi
yang relevan tentang sesuatu yang sedang dipertuturkan itu (Rahardi, 2005:56). Keempat, maksim pelaksanaan. Maksim
pelaksanaan ini mengharuskan peserta pertuturan bertutur secara langsung
(Rahardi, 2005:57).
3. Prinsip Kesantunan
Selanjutnya agar memenuhi maksim
kesantunan, berikut ini adalah enam prinsip kesantunan menurut Leech sebagai berikut, (1) maksim kearifan (tact maxim), (2) maksim kedermawanan (generosity maxim), (3) maksim pujian (approbation maxim), (4) maksim
kerendahan hati (modesty maxim), (5)
maksim kesepakatan (agreement maxim),
dan (6) maksim simpati (sympathy maxim)
(Leech, 2011: 206-207).
4. Implikatur
Kridalaksana (2008: 91)
menyebutnya sebagai implikatur percakapan yang berarti makna yang dipahami
tetapi tidak atau kurang terungkap dalam apa yang diucapkan. Di dalam
implikatur, hubungan antara tuturan yang sesungguhnya dengan maksud yang tidak
dituturkan itu bersifat tidak mutlak (Rahardi, 2005:43). Implikatur muncul
akibat adanya pelanggaran salah satu maksim yang telah disebutkan di atas.
Dari pemaparan di atas,
penelitian tentang strategi tindak tutur wacana humor pada acara
Yuk
Keep Smile (YKS)
Trans Tv akan menggunakan beberapa teori yang dijadikan sebagai pisau analisis.
Teori Austin dipakai guna menelaah jenis tindak tutur yang digunakan dalam acara
YKS Trans Tv. Selain
itu, teori dari Grice akan dipakai sebagai alat menemukan wujud pematuhan atau
pelanggaran prinsip kerja sama dan implikatur yang terdapat dalam acara
YKS Trans Tv.
Sedangkan teori Leech akan dipakai sebagai alat menemukan wujud pematuhan atau
pelanggaran prinsip kesantunan yang terdapat dalam acara
YKS Trans Tv.
HASIL DAN
PEMBAHASAN
Penelitian ini menganalisis
bentuk tuturan wacana humor yang ada pada acara sitkom Yuk Keep Smile (YKS) Trans Tv, yaitu percakapan yang digunakan oleh
para pemain sitkom YKS Trans Tv. Namun, sebelumnya akan ditampilkan terlebih
dahulu data yang dianalisis.
1. Episode YKS
Trans Tv tanggal 8 September 2013
Salah satu segmen pada tanggal 8
September 2013 adalah Miss Wow ala
YKS Trans Tv. Dalam segmen tersebut Deny Cagur digambarkan sebagai host sedangkan Kiwil, Tarra Budiman, dan
Olga Syahputra digambarkan sebagai finalis Miss
Wow. Berikut di bawah ini transkripsi salah satu percakapan mereka.
Konteks: Deny Cagur memperkenalkan Olga
Syahputra sebagai finalis Miss Wow
YKS
Data:
Olga : ini acara miss dunia
kan?
Deny : miss Wow ya.
Olga : dandanan gue kayak
dukun beranak!
Dalam percakapan di atas, jenis
tindak tutur yang digunakan adalah jenis tindak tutur langsung tidak literal.
Terlihat pada tuturan Olga yang bertanya kepada Deny “ini acara miss dunia kan?” yang ternyata memiliki modus atau maksud lain bahwa pakaian
yang dikenakan oleh Olga bukan seperti finalis kontes kecantikan pada umumnya.
Pelanggaran maksim kualitas terlihat pada tuturan Olga “dandanan gue kayak dukun beranak!” karena
kenyatannya dukun beranak tidak berpakaian seperti yang dikenakan oleh Olga
pada saat itu. Tuturan tersebut dan pelanggaran maksim kualitas tersebut dapat
menjadi humor bagi para penontonnya. Tuturan Olga “dandanan gue kayak dukun beranak!” pun dapat
diidentifikasikan sebagai tuturan yang mematuhi maksim kerendahan hati. Adapun
implikatur dari tuturan Olga tersebut adalah mengejek dirinya sendiri dan hal
itu pula yang dapat penonton tertawa.
2. Episode YKS
Trans Tv tanggal 15 September 2013
Salah satu segmen pada tanggal 15
September 2013 adalah pelajaran merayu ala YKS Trans Tv. Pemain yang berperan
dalam segmen tersebut adalah Deny Cagur, Raffi Ahmad, Olga Syahputra, dan artis
bintang tamu, Kimberly. Berikut di bawah ini transkripsi salah satu percakapan
mereka.
Konteks: Deny Cagur memberi contoh merayu
Kimberly kepada Raffi Ahmad
Data:
Deny : salah, kalo merayu tuh kata-katanya harus bagus.
Raffi : contohnya gimana pak?
Deny : Sini neng, cakep banget
ye, lihat poninya mumbul kayak spanduk partai.
Dalam percakapan di atas, jenis
tindak tutur yang digunakan adalah jenis tindak tutur langsung tidak literal.
Terlihat dari tuturan Deny “salah, kalo
merayu tuh kata-katanya harus bagus”
yang justru memiliki modus atau maksud lain bahwa ternyata Deny akhirnya tidak
merayu dengan kata-kata yang bagus atau romantis melainkan dengan kata-kata
yang mengejek. Pelanggaran maksim kualitas terlihat pada tuturan Deny yang
menuturkan “Sini neng, cakep banget ye,
lihat poninya mumbul kayak spanduk partai” karena pada
kenyataannya poni Kimberly tidak menyerupai spanduk partai pada umumnya. Jadi,
Deny hanya mengandaikan bahwa poni Kimberly membubung layaknya spanduk partai.
Tuturan Deny tersebut pun dapat diidentifikasikan sebagai tuturan yang
melanggar maksim pujian karena telah mengejek Kimberly. Adapun implikatur dari
percakapan di atas adalah mengejek mitra tutur yaitu mengejek Kimberly. Jenis
tindak tutur, pelanggaran maksim dan implikatur yang terdapat pada percakapan
di atas pun menimbulkan efek humor bagi penonton.
3. Episode YKS Trans Tv tanggal 15 November 2013
Salah satu segmen pada tanggal 15
November 2013 adalah percakapan antara pemain tentang penjelasan Billy kepada
pemain lainnya mengenai kedekatannya dengan Syahnaz yang merupakan adik kandung
Raffi Ahmad. Adapun pemain yang terlibat dalam segmen tersebut adalah Raffi
Ahmad, Billy, Olga Syahputra, Soimah, Deny Cagur, Wendy Cagur, Kiwil, dan
Syahnaz. Berikut di bawah ini transkripsi salah satu percakapan mereka.
Konteks: Billy ingin mengklarifikasi
kepergiannya ke Bandung kepada Raffi
Data:
Billy : ..... kemaren
gue ngisi acara di Show Imah ya mak?
Soimah : iyo.
Olga : acara apa itu?
Wendy :
Show Imah, pake nanya lagi acara di
Show Imah.
Billy :
acara yang hostnya agak gila.
Dalam
percakapan di atas, jenis tindak tutur yang digunakan adalah jenis tindak tutur
tidak literal karena yang dituturkan oleh Billy tidak sesuai dengan maksudnya.
Terlihat pada Billy yang mengatakan “acara yang hostnya agak gila.”, yang maksudnya menyindir tingkah laku host acara tersebut (Soimah) yang
menyerupai orang gila padahal nyatanya Soimah bukan orang gila. Selain itu,
terjadi pelanggaran maksim kualitas pada tuturan tersebut. Terlihat pada
tuturan Billy yang berbicara tidak sesuai dengan fakta yang ada. Ia menyebutkan
bahwa Soimah agak gila padahal pada kenyataannya Soimah bukan orang gila.
Tuturan Billy pun dapat diidentifikasikan sebagai tuturan yang melanggar maksim
pujian. Adapun implikatur dari percakapan di atas adalah menyindir mitra tutur
yaitu menyindir Soimah sebagai host
yang agak gila. Jenis tindak tutur, pelanggaran maksim dan implikatur yang
terdapat pada percakapan di atas pun menimbulkan efek humor bagi penonton.
4.
Episode YKS Trans Tv tanggal 15
Januari 2014
Salah satu segmen pada tanggal 15
Januari 2014 adalah percakapan antara pemain sebelum para pemain membawakan
kuis kepada pemirsa di rumah. Adapun pemain yang terlibat dalam segmen tersebut
adalah Adul, Bopak, Omesh, Tarra Budiman, Olga Syahputra, dan Caca Handika. Berikut
di bawah ini transkripsi salah satu percakapan mereka.
Konteks: Tarra ingin mengklarifikasi
panggilan yang pantas untuk Olga
Data:
Tarra : Ibu, saya panggilnya ibu, ses, atau bapak?
Olga : Jangan panggil ibu, jangan panggil bapak,
jangan panggil apapun. Seperti orang-orang dan
satpam Trans Tv sudah tahu manggil
saya, panggil saya Raisa.
Dalam
percakapan di atas, jenis tindak tutur yang digunakan adalah jenis tindak tutur
langsung. Modus tuturan yang disampaikan sesuai dengan yang dituturkan, seperti
yang terlihat pada tuturan Tarra “Ibu, saya panggilnya ibu, ses, atau bapak?”. Tarra mengatakan
demikian semata-mata hanya bertanya atau hanya ingin mengklarifikasi panggilan
yang pantas untuk lawan tuturnya Olga yang sebenarnya tidak ada tujuan lain. Pelanggaran
maksim kualitas terlihat pada tuturan Olga yang menuturkan “Jangan panggil ibu,
jangan panggil bapak, jangan panggil apapun. Seperti orang-orang dan satpam
Trans Tv sudah tahu manggil saya,
panggil saya Raisa”. Olga tidak berbicara dengan fakta yang ada. Ia mengaku-ngaku
sebagai Raisa yang pada kenyataannya Olga berbeda jauh dengan Raisa yang
notabene seorang penyanyi yang cantik. Tentu saja tuturan tersebut pun
menimbulkan efek humor bagi penonton. Selain itu, tuturan Olga pun dapat
diidentifikasikan sebagai tuturan yang melanggar maksim kearifan. Adapun
implikatur dari percakapan di atas adalah membanggakan diri sendiri.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian ini,
dapat disimpulkan bahwa wacana humor yang terdapat dalam acara
Yuk
Keep Smile (YKS)
Trans Tv diakibatkan karena seringnya frekuensi pelanggaran maksim pujian.
Pelanggaran maksim tersebut dapat terlihat dari seringnya percakapan saling
mengejek antarpemain yang akhirnya dapat membuat penonton tertawa. Selain itu,
jenis tindak tutur yang sering muncul dalam percakapan pada acara tersebut
adalah tindak tutur tidak literal. Pelanggaran prinsip kerja sama dan
kesantunan banyak ditemukan pula dalam penelitian ini. Implikatur yang lebih
dominan adalah mengejek mitra tutur, karena dengan demikian dapat membuat penontonnya
tertawa.
DAFTAR PUSTAKA
Astuti,
Hesty W. (2010). Implikatur Percakapan Wacana Humor pada Acara Komedi
Awas Ada Sule. Skripsi
Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.
Kridalaksana,
Harimurti (2008). Kamus Linguistik.
Jakarta: PT. Gramedia.
Leech,
Geoffrey, (Terjemahan M.D.D. Oka). (2011). Prinsip-prinsip Pragmatik. Jakarta:
Universitas Indonesia.
Patoni,
Muhamad. (2013). “Strategi Wacana Humor pada Sitkom Sketsa Trans Tv: Perbedaan
Penafsiran Implikatur Percakapan”. Makalah
pada Konferensi Linguistik Tahunan Atma Jaya 11: Tingkat Internasional,
Universitas Atma Jaya, Jakarta.
Rahardi,
Kunjana. (2005). Pragmatik: Kesantunan
Imperatif Bahasa Indonesia.
Jakarta: Erlangga.
Rastranadya,
Gilang S. (2011). Strategi Tindak Tutur Wacana Humor pada Acara Bukan
Empat Mata (Kajian Pragmatik). Skripsi
Universitas Pendidikan Indonesia Bandung: tidak diterbitkan.
Suwanto, Yohanes. (2009). Pragmatik. (Daring). Tersedia: http://yswan.staff.uns.ac.id/2009/04/08/pragmatik/
[8 April 2009]
*disajikan di Konferensi Linguistik Tahunan Atma Jaya Kedua belas Tingkat Internasional, pada 14-16 April 2014, Unika Atma Jaya, Jakarta.
Komentar
Posting Komentar