ANALISIS WACANA KRITIS TERHADAP PEMBERITAAN AKSI MOGOK NASIONAL ORGANDA PADA HARIAN REPUBLIKA
(Telaah Struktur Teks Teun A. Van Dijk)
PENDAHULUAN
Dewasa ini, dengan
adanya perkembangan teknologi, informasi dapat diakses secara mudah melalui media
elektronik. Dengan begitu, media cetak pun terus mengembangkan penyajian berita
untuk mengikuti arus pesatnya persaingan. Salah satu media cetak yang
menyuguhkan informasi secara detail adalah harian umum atau akrab disebut
sebagai koran. Harian umum sebagai media massa selalu mengabarkan informasi
kepada khalayak setiap hari. Saat ini, penyajian berita di media massa pun
semakin bervariasi mengingat persaingan di antara media massa yang semakin
ketat. Oleh karena itu, setiap harian umum dituntut untuk senantiasa menyajikan
berita baru untuk konsumsi masyarakat.
Perubahan kepemimpinan
negara Indonesia menjadi bahan yang masih diperbincangkan oleh khalayak. Media
massa pun tidak mau ketinggalan mengambil isu atau topik tersebut untuk
disodorkan kepada masyarakat. Oleh karena itu, media massa cenderung menyajikan
porsi yang lebih besar untuk topik berita yang diinginkan dan dibutuhkan
masyarakat. Salah satu tema yang paling menarik perhatian masyarakat ialah tema
dampak kenaikan harga BBM.
Belum genap dua bulan,
presiden Indonesia Ir. H. Joko Widodo memimpin negara ini, ia telah
menggegerkan masyarakat Indonesia dengan memutuskan mencabut subsidi BBM
bersubsidi. Keputusan tersebut diambil karena ia ingin mengalihkan dana subsidi
dari sektor konsumtif ke sektor produktif. Salah satu pihak yang merasa amat
dirugikan oleh keputusan tersebut adalah pengusaha transportasi angkatan darat,
khususnya Organisasi Angkatan Darat (Organda). Salah satu berita yang menjadi
perhatian peneliti adalah berita dari harian umum Republika edisi 19 November 2014 yang berjudul Organda Serukan Mogok.
Belum lama ini, Dewan
Perwakilan Pusat (DPP) Organisasi Angkutan Darat menyerukan aksi mogok nasional
sebagai bentuk kekecewaan terhadap kebijakan pemerintah. Hal tersebut pun
berimbas pada aksi mogok nasional yang dilakukan oleh para sopir angkutan umum
di berbagai daerah. Selain itu,tarif angkutan umum perkotaan di sejumlah daerah
memutuskan untuk menaikkan tarif secara sepihak. Tentu hal tersebut menyulitkan
masyarakat sebagai pengguna jasa angkutan umum. Oleh karena itu, Menteri
Perhubungan Ignasius Jonan merasa geram atas ancaman yang dilakukan oleh pihak
Organda.
Banyak hal yang dapat
dikupas atau dikaji dari berita yang disajikan oleh harian umum Republika tersebut. Jika diamati,
masing-masing media cetak melihat satu peristiwa dengan sudut pandang yang
berbeda-beda. Oleh karena itu, peneliti merasa objek berita ini dapat dibedah
dengan menggunakan pisau analisis wacana kritis. Dalam hal ini, peneliti akan
menggunakan pendekatan Teun A. Van Dijk untuk menganalisis berita yang berjudul
Organda Serukan Mogok yang
diterbitkan oleh harian Republika
edisi 19 November 2014.
LANDASAN
TEORI
Menurut Fairclough dan
Wodak (dalam Eriyanto, hlm. 7: 2001) analisis wacana kritis melihat wacana –
pemakaian bahasa dalam tuturan dan tulisan – sebagai bentuk dari praktik
sosial. Menggambarkan wacana sebagai
praktik sosial menyebabkan sebuah hubungan dialeksis di antara peristiwa
diskursif tertentu dengan situasi, institusi, dan struktur sosial yang
membentuknya. Ada beberapa kerangka analisis wacana kritis yang digunakan
secara luas dalam kajian yang mengaitkan antara bahasa dengan kehidupan
sosial-kemasyarakatan, misalnya kerangka van Leeuwen, Mills dan Fairclough, dan
lain sebagainya.
Di antara beberapa kerangka tersebut, model AWK dari van Dijk (1998)
dikenal memiliki karakter yang dapat mengaitkan pemberitaan dengan konteks
sosial-kemasyarakatan, melalui konsep ‘social cognitive’ (Zifana dan
Muniroh, hlm. 8: 2013). Kerangka AWK van Dijk memandang bahwa wacana tidak
cukup hanya didasarkan oleh pada analisis atas teks semata, karena teks hanya
hasil dari suatu praktik produksi yang harus juga diamati (Eriyanto,
hlm. 221: 2001). Selain itu, kerangka ini pula dapat menunjukkan cara di mana
praktik-praktik sosial memengaruhi pilihan elemen-elemen linguistik dan
bagaimana pilihan-pilihan tersebut memberikan pengaruh baik kepada struktur
maupun praktik sosial (Zifana dan
Muniroh, hlm. 8: 2013).
Kerangka analisis van
Dijk ini menerapkan dalam tiga lapisan, yaitu teks, kognisi sosial, dan konteks
sosial. Selaras dengan tujuannya, ketiga lapisan memiliki potensi untuk
mengurai strategi wacana yang telah dibahas ke dalam bagian sebelumnya. Secara
ringkas, gagasan van Dijk ini menyiratkan bahwa jalinan teks tidak berdiri
sendiri, tetapi saling berkaitan dengan dua elemen lainnya dalam satu siklus
berbentuk segitiga (Zifana dan
Muniroh, hlm. 8-9: 2013).
Van Dijk melihat suatu teks terdiri atas beberapa struktur/tingkatan
yang masing-masing bagian saling mendukung. Ia membaginya ke dalam tiga
tingkatan. Pertama, struktur makro. Ini merupakan makna global dari suatu teks
yang dapat diamati dari topik yang tengah diangkat. Kedua, superstruktur. Ini
merupakan struktur wacana yang berkaitan dengan kerangka suatu teks. Ketiga,
struktur mikro. Ini merupakan makna lokal dari suatu teks yang dapat diamati
dari pilihan kata, kalimat, dan gaya yang dipakai oleh suatu teks (Eriyanto,
hlm. 225-226: 2001).
Atas dasar tersebut,
kajian ini menggunakan kerangka AWK model van Dijk (1998) karena potensi yang
dimilikinya dalam mengelaborasi elemen-elemen wacana secara spesifik (Zifana dan Muniroh, hlm. 9: 2013). Secara
khusus, fokus dalam kajian ini ditujukan kepada analisis teks dalam teks berita
yang berjudul Organda Serukan
Mogok dalam harian Republika edisi
19 November 2014
Klasifikasi terhadap Teks Berita Berjudul
Organda Serukan Mogok dalam
Harian Republika Edisi 19 November 2014
No.
|
Elemen Wacana
|
Uraian
|
1.
|
Struktur Makro
(Tematik)
a.
Topik
b.
Sub Topik
|
DPP
Organisasi Angkatan Darat (Organda) menyerukan aksi mogok nasional pada hari
Rabu, 19 November 2014.
Kenaikan
harga BBM berimbas pada tarif atau ongkos angkutan umum naik sepihak.
|
2.
|
Super Struktur
(Skematik)
a.
Summary
1)
Judul
2)
Lead
b.
Story
1)
Situasi
2)
Komentar
|
DPP
Pusat Organda menyerukan aksi mogok nasional akibat kenaikan harga BBM yang
telah ditetapkan oleh pemerintah. Kemudian diikuti oleh pernyataan beberapa
ketua dan sekjen Organda di setiap daerah yang mendukung aksi tersebut dengan
melakukan aksi mogok. Setelah itu, dideskripsikan gambaran kondisi di
lapangan pasca kenaikan harga BBM. Akhirnya, ditutup oleh pernyataan sindiran
Menteri Perhubungan dan penegasan oleh wakil presiden bahwa pemerintah tidak
akan memberikan subsidi untuk Organda.
Organda
Serukan Mogok: Ongkos Angkutan Umum Naik Sepihak
Lead
mendeskripsikan seruan dari pihak Dewan Perwakilan Pusat (DPP) Organisasi
Angkutan Darat (Organda) untuk melakukan aksi mogok nasional pada tanggal 19
November 2014 sebagai bentuk kekecewaan terhadap kebijakan pemerintah yang
baru.
P8/K1
Pemerintah
menetapkan harga Premium naik dari Rp 6.500 per liter menjadi Rp 8.500 per
liter. Sedangkan harga solar naik dari Rp 5.500 per liter menjadi 7.500 per
liter.
P1/K1
Dewan
Perwakilan Pusat (DPP) Organisasi Angkutan Darat (Organda) menyerukan aksi
mogok nasional hari ini, Rabu (19/11), menyusul kenaikan bahan bakar minyak
(BBM).
Komentar
Andriansyah
P2/K1& K4
Sekjen
Organda Andriansyah mengatakan, kenaikan tarif BBM bersubsidi membuat bisnis
transportasi umum semakin terpuruk.
“Sekarang
saja tingkat keterisian penumpang hanya 40%,” kata dia, Selasa (18/11).
Komentar
Edi Lubis
P3/K1 – K2
Ketua
Organda Kota Tangerang Edi Lubis mengatakan, aksi seruan mogok massal ini
merupakan hasil musyawarah nasional Organda se-Indonesia yang dilaksanakan
pada Ahad (16/11) hingga Selasa (18/11) di Semarang. Mogok massal akan
dilaksanakan di 33 provinsi,” ujar dia, Selasa (18/11).
Komentar
Hadi Mustofa
P4/K1
Ketua
Organda Kabupaten Semarang Hadi Mustofa mengatakan, sedikitnya 1000 armada di
Kabupaten Semarang tak akan beroperasi.
Komentar
Dedeh T. Widarsih
P5/K1
Ketua
Organda Jabar Dedeh T Widarsih mengatakan, dengan kenaikan BBM sebesar Rp
2.000, semua pengusaha jasa angkutan umum semakin terjepit, sementara
kendaraan roda dua jumlahnya terus bertambah.
Komentar
Ardi (sopir angkot)
P8/K2
Sopir
KWK 01 Ardi mengatakan, jika tarif tidak dinaikkan, pendapatan selama
menjalankan angkot hanya habis untuk bensin dan setoran.
Komentar
Ignasius Jonan
P11/K4
“Kalau
senang ndak mengancam mogok, kalau ndak seneng mengancam mogok. Itu kayak
apa?” katanya.
Komentar
Jusuf Kalla
P12/K1
Wakil
Presiden Jusuf Kalla mengatakan, selama ini Organda sering tak menggunakan
tarif yang sudah disepakati karena adanya persaingan bisnis. JK pun
menegaskan tak akan memberikan subsidi untuk Organda.
|
3.
|
Struktur Mikro
a. Semantik
1)
Latar
2)
Detail
3)
Maksud
4)
Praanggapan
5)
Nominalisasi
b. Sintaksis
1)
Bentuk kalimat
2)
Koherensi
3)
Pengingkaran
4)
Kata ganti
c.
Stilistika
Leksikon
d.
Retoris
1)
Unsur Grafis
2)
Metafora
|
Kalimat
Pernyataan Pembuka
Kenaikan
harga BBM berimbas pada tarif angkutan umum perkotaan. Di sejumlah daerah
tarif angkot sudah naik lebih dahulu, baik yang ditetapkan oleh dinas
perhubungan kota setempat atau ditetapkan sepihak oleh pemilik angkot.
Detail
yang diberikan kepada Organda
P12/K1
Wakil
Presiden Jusuf Kalla mengatakan, selama ini Organda sering tak menggunakan
tarif yang sudah disepakati karena adanya persaingan bisnis.
Detail
yang diberikan kepada pemerintah
P1/K2
Mogok
massal ini merupakan bentuk kekecewaan terhadap kebijakan pemerintah yang
membuat operasional pengusaha angkutan umum menjadi lebih berat.
-
P2/K1
Sekjen
Organda Andriansyah mengatakan, kenaikan tarif BBM bersubsidi membuat bisnis
transportasi umum semakin terpuruk.
P5/K1
Ketua
Organda Jabar Dedeh T Widarsih mengatakan, dengan kenaikan BBM sebesar Rp
2.000, semua pengusaha jasa angkutan umum semakin terjepit, sementara
kendaraan roda dua jumlahnya terus bertambah.
-
Teks
berita ini terdiri dari dari dua puluh satu kalimat aktif dan sembilan
kalimat pasif.
Koherensi pada berita ini dibangun melalui
penggunaan alat-alat koherensi pasalnya,
alhasil, dan, sedangkan, dan namun.
Pasalnya,
tarif angkutan yang dibebankan kepada penumpang kian meningkat. (P2/K2)
Alhasil,
keterisian penumpang akan semakin merosot. (P2/K3)
Aksi
mogok para sopir angkot membuat para siswa dan masyarakat yang hendak
bepergian di daerah Sumber, Kabupaten Cirebon, terpaksa diangkut dengan mobil
polisi. (P6/K2)
Sedangkan
harga solar naik dari Rp 5.500 per liter menjadi 7.500 per liter. (P7/K2)
Namun,
Menhub Ignasius Jonan diperbolehkan maksimal 10 persen. (P11/K1)
-
Dalam berita ini menggunakan kata ganti berupa
nama orang seperti Andriansyah, Edi Lubis, Hadi Mustofa, Dedeh T Widarsih,
Menhub Ignasius Jonan, dan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Selain itu,
menggunakan pronomina dia.
Dalam
berita ini leksikon yang digunakan banyak berhubungan dengan istilah organisasi
dan istilah yang berhubungan dengan angkutan umum: Organda, pemerintah, Dishubkominfo,
dinas perhubungan, BBM, tarif, penumpang, mogok, armada, angkot, dan bensin.
Diawali
dengan judul yang dicetak tebal dan terdapat gambar jejeran angkot atau angkutan umum
yang tengah menunggu penumpang di Terminal Kampung Melayu, Jakarta Timur di
malam hari pada hari Selasa (18/11/2014)
Penggunaan
kata buntut pada kalimat pernyataan
untuk mendeskripsikan gambar:
Organisasi
Angkutan Darat (Organda) akan menggelar aksi mogok pada Rabu (19/11). Aksi
mogok ini buntut dari kenaikan
harga BBM.
|
Keterangan :
P (paragraf)
K (kalimat)
ANALISIS
DATA
Berita yang diproduksi
oleh sebuah harian Republika ini
mengangkat sebuah berita tentang Organisasi Angkatan Darat (Organda) yang
menyerukan aksi mogok nasional pada tanggal 19 November 2014. Berdasarkan analisis
struktur teks pada tataran makro, berita ini mengangkat topik mengenai imbas
dari kenaikan harga BBM yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Topik yang
dimaksud adalah Organda yang menyerukan aksi mogok secara nasional. Aksi ini
dianggap sebagai bentuk kekecewaan Organda terhadap kebijakan pemerintah yang
membuat operasional pengusaha angkutan umum menjadi lebih berat. Di dalam
berita ini pun terdapat subtopik yang berisi tentang kenaikan harga BBM yang berimbas
pada tarif atau ongkos angkutan umum naik sepihak.
Dalam
berita ini, skema/alur yang dirangkai oleh wartawan yaitu dimulai dari
pernyataan dari DPP Pusat Organda yang menyerukan aksi mogok nasional akibat
kenaikan harga BBM yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Kemudian diikuti oleh
pernyataan beberapa ketua dan sekjen Organda dari setiap daerah yang mendukung
aksi tersebut dengan melaksanakan instruksi nasional dari pusat tersebut.
Setelah itu, dideskripsikan gambaran kondisi di lapangan pasca kenaikan harga
BBM. Misalnya, kondisi di Cirebon yang telah melakukan aksi mogok sebelum
Organda menyerukan aksi mogok nasionalnya. Akhirnya, ditutup oleh pernyataan
sindiran menteri perhubungan dan penegasan oleh wakil presiden bahwa pemerintah
tidak akan memberikan subsidi untuk Organda.
Harian Republika dalam mengemas alur
pemberitaannya memuat komentar atau pendapat para tokoh yang berkaitan dengan
topik yang dibahas. Para tokoh yang dimaksud, yaitu Sekjen Organda Andriansyah,
Ketua Organda Kota Tangerang, Ketua Organda Kabupaten Semarang, Ketua Organda
Jawa Barat, Menteri Perhubungan Ignasius Jonan, dan Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Dari komentar para sekjen dan ketua Organda dapat disimpulkan bahwa siap
melaksanakan dan mendukung instruksi yang diserukan oleh Dewan Perwakilan Pusat
(DPP) Organisasi Angkutan Darat (Organda) untuk melakukan aksi mogok nasional. Berikut
salah satu kutipan komentar atau pendapat dari pihak Organda yang tertera pada
P2/K1 dan K4.
Sekjen Organda
Andriansyah mengatakan, kenaikan tarif BBM bersubsidi membuat bisnis
transportasi umum semakin terpuruk.
“Sekarang saja tingkat keterisian
penumpang hanya 40%,” kata dia, Selasa (18/11).
Bertolak belakang dari
komentar para sekjen dan ketua Organda, tokoh Ignasius Jonan dan Jusuf Kalla
justru mengecam aksi yang dilakukan Organda tersebut. Selain itu, tokoh
Ignasius Jonan pun menyindir ancaman mogok massal Organda. Berikut kutipan
komentar Ignasius Jonan yang tertera pada P11/K4.
“Kalau senang ndak mengancam mogok,
kalau ndak seneng mengancam mogok. Itu kayak apa?” katanya.
Adapun dari aspek
semantik, menggunakan detail yang ditujukan kepada kedua belah pihak, yaitu
pihak Organda dan pemerintah. Pemberitaan ini pula memunculkan praanggapan para
tokoh, tetapi tidak ditemukan praanggapan yang dimunculkan oleh wartawan.
Seperti yang tertera pada P2/K1 berikut di bawah ini.
Sekjen Organda Andriansyah
mengatakan, kenaikan tarif BBM bersubsidi membuat bisnis transportasi umum
semakin terpuruk. Pasalnya, tarif angkutan yang dibebankan kepada penumpang
kian meningkat.
Praanggapan tersebut
didukung pula oleh pranggapan yang disebutkan oleh tokoh ketua Organda Jabar
yang tertera di P5/K1 berikut di bawah ini.
Ketua Organda Jabar Dedeh T
Widarsih mengatakan, dengan kenaikan BBM sebesar Rp 2.000, semua pengusaha jasa
angkutan umum semakin terjepit, sementara kendaraan roda dua jumlahnya terus
bertambah.
Dari kedua praanggapan
tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan kenaikan harga BBM, pihak Organda
merasa sangat dirugikan. Pasalnya, dengan kenaikan harga BBM tentu saja
operasional pengusaha transportasi menjadi lebih berat. Itulah yang membuat
semua pengusaha jasa angkutan umum semakin terjepit dengan keputusan pemerintah
dengan mencabut subsidi BBM tersebut.
Sementara itu, berdasarkan
analisis aspek sintaksis, dalam berita ini banyak menggunakan kalimat aktif
yang artinya menonjolkan peran seorang subjek. Sebagai contoh, dalam kutipan
kalimat di bawah ini.
Aksi mogok para sopir angkot
membuat para siswa dan masyarakat yang hendak bepergian di daerah Sumber,
Kabupaten Cirebon, terpaksa diangkut dengan mobil polisi.
Dalam kalimat tersebut,
frasa “aksi mogok para sopir angkot” berperan sebagai subjek. Frasa tersebut
merujuk pada kalimat sebelumnya yaitu keterangan bahwa di Cirebon aksi mogok
telah dilakukan sebelum adanya instruksi nasional dari DPP Organda.
Dalam berita ini,
umumnya kata ganti yang dipakai merujuk kepada nama orang, seperti “Andriansyah”,
“Edi Lubis”, dan “Ignasius Jonan”. Kata ganti “Andriansyah” dan “Edi Lubis”
sebagai tokoh yang memiliki pandangan pro terhadap instruksi nasional
dari DPP Organda. Sebaliknya, kata ganti “Ignasius Jonan” digambarkan sebagai tokoh yang memiliki pandangan
kontra terhadap instruksi nasional dari DPP Organda. Selain kata ganti nama orang, berita ini
pula banyak menggunakan pronomina dia.
Untuk lebih menegaskan
makna yang ingin disampaikan media kepada pembaca, wartawan menggunakan
leksikon-leksikon yang umum didengar dan diketahui oleh pembaca. Dalam aspek
grafis, berita ini dirangkai hanya pada satu halaman, yakni pada halaman awal
harian Republika edisi 19 November
2014. Pada halaman awal tersebut, judul ditulis dengan cetak tebal. Selain itu,
terdapat sebuah gambar yang mendukung dengan topik yang dibahas, yaitu gambar jejeran
angkot atau angkutan umum yang tengah menunggu penumpang di Terminal Kampung
Melayu, Jakarta Timur di malam hari pada hari Selasa (18/11/2014). Selain itu,
ditampilkan pula kisaran harga kenaikan tarif angkutan umum dari beberapa
daerah untuk disodorkan kepada khalayak.
SIMPULAN
Berita yang terdapat
dalam harian Republika edisi Rabu, 19
November 2014 ini berjudul Organda Serukan Mogok. Berita ini memiliki topik DPP
Organisasi Angkatan Darat (Organda) yang menyerukan aksi mogok nasional pada
hari Rabu, 19 November 2014. Adapun subtopik yang dibahas adalah kenaikan harga
BBM yang berimbas pada tarif atau ongkos angkutan umum naik sepihak.
Pada bagian analisis
super struktur (skematik), terdapat bagian judul, lead¸ dan komentar. Pendapat atau komentar yang muncul dalam berita
ini adalah dari para tokoh pimpinan Organda, seperti sekjen Organda dan ketua
Organda dari setiap daerah. Selain itu, terdapat pula komentar dari Menteri
Perhubungan Ignasius Jonan dan Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Pada bagian struktur makro, terbagi menjadi tiga
bagian, yaitu semantik, sintaksis, stilistika, dan retoris. Aspek semantik
terdapat latar, detail, maksud, praanggapan dan nominalisasi, tetapi dalam
berita ini tidak ditemukan kalimat yang berisi maksud dan nominalisasi.
Praanggapan dari sudut wartawan pun tidak dimunculkan dalam berita ini. Jadi, di
sini wartawan hanya mendeskripsikan kondisi yang ada. Aspek sintaksis berisi
bentuk kalimat, koherensi, pengingkaran dan kata ganti. Namun, kalimat
pengingkaran tidak ditemukan dalam berita ini. Kata ganti yang dipergunakan
dalam berita ini merupakan kata ganti berupa nama orang dan pronomina dia. Aspek stilistika hanya terdapat
leksikon, leksikon yang dipergunakan dalam berita ini adalah leksikon-leksikon
yang umum didengar dan diketahui oleh pembaca. Aspek retoris berisi unsur
grafis dan metafora. Unsur grafis yang ditemukan dalam berita ini adalah judul
yang bercetak tebal dan terdapat satu buah gambar. Metafora ditemukan pada kalimat
pernyataan untuk mendeskripsikan gambar.
PUSTAKA RUJUKAN
Eriyanto. (2001).
Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks
Media. Yogyakarta: LkiS.
Firmasyah, T.
(Penyunting). (2014). Organda Serukan
Mogok. Jakarta: Harian Republika.
Tamtomo, S. E.
(2014). Analisis Berita dalam Harian
Radar Banten KPK Mulai Telusuri Aliran Uang Atut Sebuah Analisis Wacana Kritis.
(Makalah). Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Zifana, M dan Fasya, M. (2013). Representasi
Presiden Partai Keadilan Sejahtera dalam Pemberitaan Kasus Daging Sapi Impor di
Harian Umum Tempo dan Republika. Dalam Yanti (Penyunting), Prosiding Konferensi Linguistik Tahunan Atma
Jaya Kesebelas Tingkat Internasional (hlm. 193-199). Jakarta: Pusat Kajian
Bahasa dan Budaya.
Zifana, M dan Muniroh, R.D.D.
(2013). Strategi Harian Umum Jurnal Nasional dalam Mempresentasikan Anas
Urbaningrum pada Pemberitaan Kasus Korupsi Hambalang. Dalam Yanti
(Penyunting), Prosiding Konferensi
Linguistik Tahunan Atma Jaya Kesebelas Tingkat Internasional (hlm. 7-14).
Jakarta: Pusat Kajian Bahasa dan Budaya.
Komentar
Posting Komentar